Apakah Kata Pandu Masih Punya Makna ?

09/04/2013 23:11

ini ada tulisan bagus dari milis sebelah. Mungkin bisa jadi renungan bagi kakak-kakak untuk mengenang kembali arti kata pandu dan menapaktilasi sejarah pandu itu sendiri. Dalam tulisan ini, ada fakta yang tersembunyi dari kata "Pramuka". Silahkan membaca :

Oleh : Johan Suwignjo

Lagu kebangsaan "Indonesia Raya" sudah berkumandang di tanah air hampir sepuluh windu lamanya, semenjak lahir pada 28 Oktober 1928. Di saat berlangsungnya Kongres Pemuda di Jakarta, Wage Rudolf Supratman berani mengalunkan lagu ciptaannya tersebut dengan kata-kata yang berjiwakan nasionalisme, sekalipun negara kita belum merdeka.

Di antara kata-kata yang penuh makna itu terdapat dua kata "pandu," pertama "di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku" dan kedua di bait ke-3: "majulah negerinya, majulah pandunya, untuk Indonesia Raya. Secara filosofis kata pandu ini sungguh sangat bermakna, namun dalam praktik penggunaannya dewasa ini, saya khawatir maknanya itu berangsur-angsur akan lenyap.

Wage Rudolf Supratman mencantumkan kata pandu di dalam lagu Indonesia Raya karena sebagai seorang Padvinder berkarakter, ia merasa bangga menjadi seorang Pandu Indonesia yang telah disemangati jiwa nasionalisme semenjak lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Perlu diketahui bahwa Scout Movement, sebuah gerakan yang bertujuan mendidik anak-anak/pemuda agar memiliki suatu karakter yang dilahirkan oleh Baden Powell pada 1908 di Inggris, dan dibawa masuk ke Indonesia oleh warga Belanda, Joh. P. Smits, pada 1912 dengan nama Padvinderij.

Pada masa itu juga berkembang di kalangan para pemuda Indonesiadengan jiwa dan semangat nasional. Semangat nasional ini telah mendorong seorang tokoh Sarikat Islam bernama Haji Agus Salim yang juga menjadi Padvinder dari Sarikat Islam Afdeling Padvinderij (SIAP) untuk mencari kata Indonesia dari Padvinder. Maka dipilihnya kata pandu dari dunia pewayangan, sosok yang merupakan bapak para Pendawa (Mahabarata) sebagai gambaran teladan para ksatria.

Semenjak itu, Padvinder (Scout) resmi menjadi Pandu dan Padvinderij (Scout Movement) menjadi Gerakan Kepanduan. Karena Padvinder (Scout) berarti penunjuk jalan, maka kata "pandu" otomatis menjadi suatu istilah Indonesiayang baru untuk "penunjuk jalan".

Namun, ironisnya, dewasa ini Gerakan Kepanduan di Indonesia ternyata dikenal lebih populer dengan nama Gerakan Pramuka. Bahkan masyarakat dan media massa kini mengartikan Boy Scout dengan Pramuka seperti Boy Scout of America diterjemahkan menjadi Pramuka Amerika sekalipun dalam pengertian bahasa, Scout jelas tidak sama dengan Pramuka. Kata pandu sudah mulai menghilang dari perbendaharaan kita. Lalu bagaimana nasib kata pandu yang sudah tertera di dalam lagu kebangsaan kita? Jelas kita tidak mungkin dan tidak akan pernah mengubahnya. Tetapi apakah dengan demikian ia menjadi sebuah kata bermakna yang akan kehilangan makna?

Sesuai dengan harapan Supratman, majulah Pandunya, Gerakan Kepanduan ternyata berkembang dengan baik di Indonesia dan menghasilkan banyak Pandu yang berkarakter dan berjasa bagi tanah air seperti Bung Tomo, Jendral Sudirman, dan lain-lain yang tak mungkin disebutkan satu per satu. Namun paham komunis yang memandang manusia sebagai alat atau unit dari masyarakat menganggap Gerakan Kepanduan yang bertujuan mendidik anak-anak/pemuda menjadi manusia Pancasila yang berkarakter ini sebagai suatu kendala. Sehingga dengan jalan fitnah, golongan komunis di Indonesia memaksa Bung Karno pada 9 Maret 1961 membubarkan Gerakan Kepanduan dan menggantinya dengan gerakan mirip Gerakan Pionir seperti di RRC dan Korea Utara.

Untuk menyusun gerakan pengganti ini Bung Karno membentuk tim terdiri dari beberapa tokoh Pandu yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Brigjen Dr. Azis Saleh, Husen Mutahar, dan tokoh-tokoh dari golongan komunis. Namun tanpa sepengetahuan tokoh-tokoh komunis, dengan lihainya para tokoh Pandu menyusun pembentukan Gerakan Pramuka sebagai suatu gerakan yang pada dasarnya tetap merupakan Gerakan Kepanduan sementara kata Pramuka dipandang sebagai singkatan dan bukan suatu kata utuh yang mempunyai arti seperti "pionir".
,br> Husen Mutahar mencari kepanjangannya dari kata Pramuka dalam bahasa Sansekerta dan berhasil menemukannya yaitu praja muda karana yang berarti rakyat muda yang berkarya atau berinsiatif. Suatu kiasan yang sebenarnya tidak berbeda dengan penunjuk jalan atau pandu.

Maka Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 Tahun 1961 Tentang Gerakan Pramuka berisi suatu ketentuan bahwa pendidikan kepanduan di Indonesia ditugaskan kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana, disingkat Gerakan Pramuka. Surat Keputusan yang bertolak belakang dengan keinginan golongan komunis ini ditandatangani pada 20 Mei 1961 oleh Ir. H. Juanda, pejabat presiden RI yang notabene adalah juga seorang tokoh Pandu dan segera dimasukkan ke dalam Lembaran Negara.

Untuk menghilangkan kerancuan antara istilah pandu dan Pramuka perlu kita sosialisasikan lagi bahwa istilah Indonesia untuk Scout pada umumnya ialah pandu. Ini adalah kenyataan sejarah dan juga sudah tertulis di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W. J. S. Poerwadarminta. Sesuai dengan sejarah pembentukannya, Pramuka merupakan sebutan khusus bagi pandu-pandu yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, Pramuka identik dengan Pandu Indonesia dan Gerakan Pramuka adalah nama perkumpulan dari para Pramuka atau dari pandu-pandu di Indonesia.

Karena ini sudah merupakan sejarah, maka marilah kita luruskan sejarah dan jangan mengubah atau mengkhianati sejarah. Dengan memopulerkan lagi kata pandu, kita berharap kata yang sudah terpatri di dalam lagu kebangsaan kita ini tetap memiliki makna. Sehingga mudah-mudahan ulang tahun yang ke-80 dari lagu kebangsaan Indonesia Raya di Hari Sumpah Pemuda, ditandai pula dengan bermaknanya lagi kata pandu yang terkandung di dalam lagu tersebut. Dan semoga, dengan demikian tokoh-tokoh kita yang sangat berperan dalam mengakarkan istilah pandu dalam perbendaharaan bahasa kita namun kini sudah tiada seperti Haji Agus Salim, W. R. Supratman, Husen Mutahar, dan lain-lain, boleh tersenyum puas kembali di alam baka.

 


Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku.***

Penulis,
Direktur Lembaga Pengembangan SDM Pribadi.

 

—————

Back


Contact

Gugus Depan XI.07.109/110 PRAMUKA SMA Negeri 2 Wonosobo

Jl. Banyumas KM 5 Wonosobo
Jawa Tengah Indonesia


+62-286 322614